Rabu, 22 Oktober 2014

Pengolahan Singkong...


Pengolahan Singkong


GAPLEK

Gaplek dapat dikatakan adalah singkong dalam bentuk potongan kecil yang telah kering sehingga masih dapat diproses menjadi berbagai produk turunan Singkong. Metode produksinya sangat sederhana. Singkong segar hanya dikupas, dicuci, di cacah dengan panjang kurang dari 5cm agar mudah disimpan di Silo ( tempat penyimpanan ) dan dikeringkan atau dijemur. Proses ini mengurangi bobot sebanyak kurang lebih sebesar 20 % – 30 %.
Diproses secara intensif di negara Thailand, Malaysia dan Afrika , Gaplek atau dried cassava chips adalah komoditi yang terkenal di dunia sebagai pakan ternak dengan kadar karbohidrat tinggi.
PELLET


Pellet dibuat dari umbi kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk silinder dengan panjang sekitar 2 – 3 cm dan diameter sekitar 4 – 8 mm. biasanya sekitar 2 – 3 % dari berat umbi kering hilang selama proses ini, namun pellet mempunyai kelebihan dibanding Gaplek yaitu :

  1. Kualitas lebih seragam
  2. Menyita tempat lebih sedikit dibanding Gaplek sehingga mengurangi biaya transport dan penyimpanan.
  3. Biasanya sampai di tempat tujuan pengiriman dalam bentuk utuh sementara sebagian dari Gaplek akan cenderung lembab dan rusak karena panas.

TEPUNG PATI SINGKONG
Pati adalah salah satu substansi penting di dunia yang dapat diperbaharui dan merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Pati dihasilkan dari biji – bijian atau umbi akar. Sebagian besar dari Pati digunakan sebagai bahan pangan namun dengan berbagai proses fisika, kimia dan biologi dapat dikonversi menjadi beragam produk lain. Saat ini Pati digunakan sebagai bahan pangan, kertas, tekstil, perekat, minuman, farmasi dan bahan bangunan.
Singkong memiliki banyak karakteristik unggul sebagai bahan dasar Pati, antara lain :
  • Tingkat kemurnian yang tinggi
  • Karakter Pengental yang sangat baik
  • Rasa yang Netral
  • Tekstur
  • Merupakan bahan mentah yang murah sekaligus mengandung kadar Pati yang tinggi
  • Mudah diekstrak dengan proses yang mudah dibandingkan dengan sumber pati yang lain sehingga layak untuk diproduksi dengan skala kecil dan kapital yang terbatas
  • Lebih diminati oleh industri perekat karena membuat perekat lebih cair, halus dan stabil
  • Pasta yang Lebih jernih
Pati Murni ( Native Starch )
Pati murni diproduksi melalui proses pemisahan secara alamiah tanpa penambahan zat ataupun kimiawi lain. Pati murni dapat digunakan secara langsung dalam memproduksi beberapa jenis makanan seperti Mi.

Pati yang telah dimodifikasi ( Modified Starch )
Agar dapat digunakan untuk kebutuhan industri Pati Murni tadi diproses kembali mulai dari merubah pola granula sampai merubah bentuk dan komposisi dari amilase dan molekul amilopectin, merubah temperatur pasta, rasio kekentalan, ketahanan terhadap asam, panas dan atau agitasi mekanik hingga sifat ion. Modifikasi tersebut bertujuan untuk memenuhi standar tertentu agar sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan industri.
PRODUKSI TEPUNG PATI SINGKONG
Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
  1. tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung pada musim,
  2. semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan
  3. full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang menggunakan peralatan full otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas.
PROSES PRODUKSI TEPUNG PATI
Pengupasan
dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi dan dijadikan pakan ternak.
Pencucian
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.
Pemarutan
Pemarutan bertujuan untuk memecah singkong agar lebih mudah diproses lebih lanjut
Pemerasan/Ekstraksi
  1. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
  2. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
Pengeringan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa teknik :
a. Penjemuran
Setelah endapan dikumpulkan, pati lalu dijemur di atas lembaran plastik atau tampah dari bambu untuk dijemur selama lebih kurang 48 jam hingga didapatkan MC ( moisture content ) = 14 %
Teknik ini membutuhkan luasan lahan untuk menjemur yang sangat luas karena menggunakan sinar matahari untuk mengeringkan Pati. Pada musim hujan penjemuran tidak mungkin dilakukan kecuali dibuat semacam ‘green house’ yang didayagunakan sebagai ‘oven’
b. Pengeringan Hibrida
Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur selama 1 hari lalu ditambah alat bantu misalnya oven atupun dengan cara mengalirkan udara panas ke area pengeringan indoor
c. Pengeringan Mekanis
Pengeringan dengan 100 % menggunakan mesin yang digerakkan oleh generator atau listrik
Dalam hal ini proses ekstrak pati singkong jauh lebih sederhana karena hanya sedikit sekali substansi sekunder seperti misalnya protein, pada singkong ditambah lagi hasil terbaik dalam ekstraksi Pati Singkong dapat dihasilkan hanya dengan tambahan air, hal ini membuat pengolahan singkong sebagai Pati dan Tepung sangat sesuai untuk negara berkembang dan industri rural



PROSES PENGOLAHAN SIRUP GLUKOSA
Teknologi pengolahan singkong menjadi gula cair dalam skala pedesaan telah tersedia. Teknologi ini bahkan dapat dioperasikan oleh kelompok tani dengan mudah. Bahan baku untuk pengolahan gula cair tersebut berasal dari tepung tapioka kering, bahkan dapat diolah dari pati yang basah sekalipun, setelah melalui proses enzimatis. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya.
Proses produksi Sirup Glukosa dapat dibagi menjadi beberapa bagian
  • Likuifikasi
  • Sakarifikasi
  • Purifikasi ( Pemurnian )
Pati murni mengandung granula mikro yang mengandung struktur internal yang kompleks.Pada suhu kamar, granula tadi dapat larut dalam air. Namun jika dipanaskan hingga suhu 60 derajat celcius granula akan lumer dan RUPTURE ?. menghasilkan kenaikan viskositas ( kekentalan ) .
Pada kondisi yang disebut dengan gelatin ini Pati dapat diperoses oleh enzim amilase, pada prakteknya Pati Singkong melalui kedua proses ini dengan sangat cepat dengan menggunakan jenis amilase yang stabil dalam suhu tinggi. Proses ini disebut dengan Likuifikasi yang menghasilkan DEXTRIN yang akan diproses lebih lanjut.











PENGOLAHAN ETHANOL
Ethanol diperoleh dari hasil fermentasi gula, selulosa atau hasil konversi pati. Diluar kegunaannya sebagai bahan pangan dan farmasi ethanol telah menjadi alternatif bagi pengembangan BioFuel di berbagai negara berkembang, antara lain karena :

  • Tidak beracun
  • Tidak menyebabkan polusi udara atau kerusakan lingkungan )*
  • Tidak menghasilkan GHG ( Green House gas ) seperti karbon )*
  • Mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi daripada minyak fosil
  • Bahan mentah yang baik untuk kimia sintetis
  • Ethanol mengurangi ketergantungan negara akan minyak bumi dan sebagai pendapatan non-migas





)* NOTE : Deforestisasi akibat pembukaan lahan besar – besaran untuk menanam tanaman penghasil ethanol akan mengurangi penyerapan karbon, dan proses konversi yang tidak optimal seperti pada produksi skala rumahan akan menghasilkan Karbon dalam jumlah besar sehingga dapat dikatakan bahwa BioFuel BUKAN sebuah solusi bagi Global Warming & Global Climate Change.



LIMBAH
Pengolahan Singkong menjadi Pati ataupun produk turunannya dipastikan akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak.
  1. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak.
  2. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.
  3. Daun singkong dapat juga digunakanan untuk fortifikasi limbah untuk pakan ternak karena daun singkong mengandung nilai protein yang cukup tinggi


























ANALISIS SWOT
STRENGH


Tanaman singkong merupakan tanaman yang dapat dikatakan tidakmemerlukan perawatan khusus seperti halnya tanaman holtikultura lain seperti sayuran. Singkong juga tidak membutuhkan lahan khusus atau lahan yang spesifik bahkan singkong masih dapat tumbuh bahkandi daerah marginal walaupun dengan kompensasi produksi yang kurang maksimal
Kemudahan penanaman tadi juga didukung oleh kemudahan dalammemperoleh bibit, fleksibilitas dalam hal perawatan, pemupukan dan jenis lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga hanya sebatas tenaga borongan, dalam artian tenaga kerja hanya dibutuhkan pada saat – saat tertentu seperti pada masa pengairan, pemupukan, penanaman dan panen. Hal ini tentu akan sangat menghemat biaya operasional
Bibit singkong jenis unggul saat ini sangat mudah didapatkan. Untuk jenis singkong sambung dapat dibeli di daerah lampung dan garut sedangkan untuk jenis darul hidayah dapat dibeli di daerah sukabumi.
Return on Investment ( ROI ) untuk usaha budidaya singkong juga sangat tinggi. Statistik mencatat secara rata – rata ROI ada diatas angka 100 %, dengan mempertimbangkan suku bunga kredit sebesar 20 % per tahun maka kemungkinan untuk menggunakan kredit perbankan pun terbuka lebar.
WEAKNESS

Seperti yang telah diketahui, usaha agro kultur adalah usaha dimana return tidak dapat didapatkan dalam hitungan hari. Angka 1 tahun sebelum menikmati return adalah waktu yang sangat wajar terjadi di bidang agro kultur, namun angka ROI yang besar seharusnya dapat menutupi kelemahan dalam hal masa investasi.
Singkong juga merupakan tanaman yang lama – kelamaan akan mengikis unsur hara pada lahan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena ikut terangkatnya hara tanah pada saat panen. Solusi untuk hal ini telah melalui penelitian berbagai institusi terkemuka dan didapatkan kesimpulan bahwa pengembalian tanah yang turut terangkat bersama umbi adalah salah satu cara mempertahankan kekayaaan tanah disamping tentu perlunya teknik dan program pemupukan dalam kerangka jangka panjang. Sistem pertanian organik walaupun lebih memakan biaya, namun menurut penelitian mampu menjaga unsur nutrisi tanah sehingga tanah tetap dalam kondisi subur dalam jangka panjang.
Singkong segar merupakan barang yang mudah rusak sehingga dibutuhkan pengolahan awal seperti pemotongan (chip) dan pengeringan sebelum pengiriman ke pasar (kecuali untuk kebutuhan pasar tradisional ).
OPPORTUNITY
Kebutuhan pasar singkong yang selama ini didominasi oleh pabrikan tapioka sehingga menurunkan bargaining power petani singkong sudah berakhir dengan meluncurnya trend pengolahan biofuel berbahan dasar singkong yaitu ethanol. Perebutan bahan baku telah memicu kenaikan harga bahan baku di pasar singkong yang ditandai dengan kolapsnya beberapa pabrik pengolahan tapioka yang masih mempertahankan sistem purchasing gaya lama ( mempermainkan harga di tingkat petani) karena tidak mendapatkan suplai bahan baku. Kenaikan harga hingga 50 % dan minimnya pasokan singkong telah membuat komoditas ini mengalami apresiasi dan kestabilan harga.
THREAT

Ancaman terbesar terhadap usaha budidaya dan agroindustri singkong terletak pada permainan harga di tingkat petani. Petani yang kurang mempunyai akses kepada informasi terkini tentang kondisi pasar tentu akan sangat mudah diprovokasi oleh tengkulak dan pengusaha.
Ancaman hama terutama adalah babi hutan dan tikus yang termasuk sulit untuk dikendalikan. Sedangkan hama penyakit dan serangga pada tanaman singkong relatif sedikit dan dapat diatasi dengan sedikit pemakaian insektisida.
Pemakaian sumur artesis ( bor ) juga dimaksudkan untuk mencegah residu pupuki kimia, pestisida dan herbisida yang berasal dari lahan sawah dan pertanian yang dewasa ini sangat boros dalam penggunaan pupuk dan pembasmi hama, biasanya banyak teraliri melalui saluran irigasi


KESIMPULAN


Singkong layak dijadikan komoditas Agro Industri

Dalam upaya penyediaan bahan baku untuk mengimbangi kebutuhan industri pengolahan, usaha yang perlu diperhatikan terutama adalah peningkatan produktivitas singkong dengan masukan teknologi budidaya yang tepat. Peningkatan produksi tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengan pengusahaan secara perkebunan atau pengusahaan dalam skala besar dengan arah pengembangan di lahan-lahan marjinal dan teknologi yang dapat meningkatkan hasil per tanaman ubi kayu
Dengan teknik pengolahan yang sederhana dapat memenuhi kebutuhan dari hulu hingga hilir
Belum terpenuhinya kebutuhan pasar dan murahnya teknologi dalam produksi berbahan baku singkong seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bidang usaha yang mampu menghidupi semua kalangan dari hulu hingga ke hilir. Fleksibilitas dan beragamnya produk turunan juga memungkinkan adanya persaingan yang sehat di kalangan petani dan produsen barang berbahan dasar singkong.@JavaCassava

sumber: http://cassavaindonesia.webs.com/pengolahansingkong.htm